(0751) 776789 || Utamakan Bahasa Indonesia, Lestarikan Bahasa Daerah, dan Kuasai Bahasa Asing

Unduh artikel di sini

Jika di dunia ini hanya ada “ketakutan” atau “kekuatan” dalam literasi digital, apa yang Anda pilih? Kebanyakan manusia terjebak dalam pemahaman mengenai literasi. Sebagian mereka berpikir bahwa literasi hanya bacaan, tulisan, hingga kiasan. Padahal, lebih dari itu, menurut Unesco, literasi merupakan cara menggunakan potensi yang dimiliki, baik kemampuan membaca kata maupun membaca dunia. Namun, bisakah dibayangkan jika pelaku UMKM hanya duduk dan berdiri di tokonya sendiri untuk menunggu pembeli?

Hal ini diibaratkan seperti burung yang terpaku pada rantingnya sendiri. UMKM seolah menahan diri untuk terbang bebas. Namun, ketika literasi digital menjadi sayap yang mereka pahami, produknya bisa menjelajah angkasa luas dan menjangkau pelanggan di tempat yang tak terduga. Literasi digital adalah angin yang mendorong mereka ke luar dari keterbatasan mereka, membiarkan bisnis mereka terbang tinggi menuju peluang yang lebih luas.

Sekarang seolah berubah. Navigasi di lautan digital telah mengubah cara hidup sebagian besar manusia.  Informasi kini lebih mudah diakses dari mana saja dan kapan saja, tetapi menjadi sesuatu yang diibaratkan sebagai buah simalakamaapabila tidak bisa dimanfaatkan dengan maksimal. Banyaknya informasi juga dapat membingungkan dan membuat kewalahan. Inilah sebabnya mengapa literasi digital merupakan keterampilan yang penting. Menurut Data Kominfo RI pada tahun 2021, dampak negatif yang ditimbulkan dari kurangnya pemahaman literasi digital, di antaranya, adalah penipuan daring, penyebaran berita bohong (hoaks), hingga berujung permasalahan kriminal.

Di tengah hiruk pikuk perubahan zaman, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menghadapi tantangan yang tidak bisa dihindari. Sebagai penjaga harapan perekonomian masyarakat, seringkali mereka berdiam diri di zona nyaman, bagaikan daun yang takut lepas dari pohonnya.  Namun, tersembunyi di balik tirai ketakutan adalah sebuah peluang luar biasa dan sebuah potensi baru yang akan mewujudkan kekuatannya melalui literasi digital.

Bayangkan ketakutan sebagai batu loncatan yang membawa kita ke tujuan yang lebih tinggi. Bagi UMKM, ketakutan terhadap teknologi dan perubahan adalah langkah awal menuju penerapan literasi digital. Ini adalah kisah perjalanan berani melintasi jurang ketakutan, seolah-olah melompat dari tebing, hanya untuk menemukan sayap baru yang tak terduga.

Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, saat ini mempunyai ambisi terkait peningkatan literasi digital bagi para pelaku UMKM. Akan tetapi, dari total yang tercatat sekitar 64 juta, hanya 19,5 juta pelaku usaha yang telah memasuki ekosistem digital hingga saat ini (cnbcindonesia.com, 2022). Lantas, 44,5 juta sisanya ke mana? Secara tidak langsung, hal ini menunjukkan rendahnya minat pelaku UMKM terhadap peningkatan literasi digital.

Padahal, banyak keutungan yang didapatkan jika ada keberanian untuk mengguncang dunia. Seperti nelayan yang menyelam ke laut dalam, UMKM yang paham literasi digital bisa menemukan harta karun yang tak ternilai harganya.  Mereka dapat meneropong lautan daring dengan pesona dan kreativitas yang menginspirasi, menjaring pelanggan dengan jaringan cerita yang tak tertandingi.  Literasi digital memberi mereka kompas untuk menavigasi perairan yang belum pernah dilihat sebelumnya.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa telah melakukan upaya untuk mendorong literasi digital.  Apalagi hal ini sesuai dengan salah satu dari tiga program prioritas, yaitu literasi kebahasaan dan kesastraan. Namun, tugas peningkatan literasi digital tidak serta merta menjadi tugas Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa saja, tetapi tugas semua pihak, khususnya generasi muda. Tentu, lagi-lagi generasi muda. Generasi muda merupakan tombak paling utama dari sebuah ikhtiar perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Penulis ingin mengajak pembaca membayangkan bahwa bunga yang muncul di musim semi merupakan hasil kerja keras akar yang tumbuh di dalam tanah.  Begitu pula dengan literasi digital yang menjadi akar yang tumbuh di negeri UMKM. Ketika akar-akar ini mencengkeram dunia digital dengan erat, bunga kesuksesan akan mekar dalam bentuk peningkatan penjualan, kepuasan pelanggan, dan ekspansi bisnis yang tidak terduga.

Selain upaya di atas, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa memberikan kesempatan kepada Duta Bahasa sebagai wakil generasi muda untuk mengatasi permasalahan tersebut melalui krida Duta Bahasa. Krida Duta Bahasa yang diartikan sebagai kegiatan kebahasaan dan kesastraan yang digagas dan dilaksanakan oleh Duta Bahasa dapat meningkatkan sikap positif masyarakat, khususnya generasi muda terhadap bahasa dan sastra.

Setelah keresahan dan permasalahan yang terjadi pada pelaku UMKM tadi. Mari, terbang sebentar ke ranah Minang, Sumatra Barat. Berdasarkan data Indeks Literasi Digital tahun 2021, Sumatra Barat berada pada peringkat ke-4 dari 34 provinsi dengan nilai 3,61. Presiden RI (Bapak Joko Widodo) pernah mengatakan bahwa infrastruktur digital yang disediakan pemerintah saat ini tidak dapat berjalan sendiri. Oleh karena itu, harus ada penunjang dan penopang lainnya (cnbcindonesia.com, 2022). Lantas cara terbaik seperti apa yang dapat dilakukan?

Berangkat dari tantangan dan peluang ini, kami menggagas suatu krida inovatif untuk mengedukasi pelaku UMKM melalui situs edukasi kebahasaan yang kami namakan Waduks (Warung Edukasi). Kekuatan ini menjadi jembatan yang mempermudah pelaksanaan krida Waduks agar lebih tepat sasaran. Kekuatan lain juga terletak pada bagaimana masyarakat Sumatra Barat berusaha memahami konsep literasi digital.

Sebagai perpanjangan tangan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Duta Bahasa mempunyai peranan penting dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, berdasarkan program Reksa Bahasa yang sudah menjadi makanan sehari-hari Duta Bahasa. Melalui peran Jaga Bahasa, Niaga Bahasa, dan Abdi Bahasa, kami berupaya mengembangkan dan meningkatkan bahasa Indonesia, literasi, dan bahasa daerah, melalui kewirausahaan dalam literasi digital di fitur-fitur krida Waduks.

Waduks atau Warung Edukasi adalah suatu program edukasi berbasis situs yang ditujukan bagi pelaku UMKM terkait peningkatan literasi digital yang terdiri atas 4 fitur yaitu, video edukasi, pendaftaran efisien toko daring, konsultasi kebahasaan, dan referensi pantun. Kami telah mengunjungi lima kabupaten/kota yang ada di Sumatra Barat untuk melakukan pendekatan kepada pelaku UMKM dalam pemanfaatan situs Waduks sebagai upaya peningkatan literasi digital. Seperti matahari yang perlahan terbit di ufuk timur, Waduks diharapkan dapat memancarkan sinarnya yang lembut dan membangunkan dunia dari tidur malamnya. Demikian pula, ketika mendekati seseorang demi kebaikannya, kita memberikan secercah harapan dan dorongan yang secara perlahan membangkitkan semangatnya untuk sukses dan berkembang. Setiap langkah yang diambil layaknya tali penghubung antara dua hati, membawa energi positif yang mengalir bagai sungai, melembabkan dan memberi kehidupan pada tanaman harapan yang tumbuh menuju kesuksesan.

Melalui peran Jaga Bahasa, kami menghadirkan fitur konsultasi kebahasaan kepada pelaku UMKM untuk lebih bisa mengutamakan bahasa negara (bahasa Indonesia) di ruang publik. Hal itu juga sekaligus membantu membenarkan, menyunting, dan mengedukasi mereka dalam kesalahan penulisan pada produk yang didagangkan, baik di etalase, di daftar menu, maupun pada plang informasi sesuai dengan Pasal 36 UUD 1945 yang berbunyi, “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.” Dalam hal ini, kami tidak bergerak sendiri, tetapi dibantu Pembina Duta Bahasa Sumatra Barat dan beberapa anggota Ikatan Duta Bahasa Sumatra Barat yang piawai dalam bidang penulisan ini. Melalui peran Niaga Bahasa, kami mewadahi situs Waduks ini kepada pelaku UMKM untuk bisa mempromosikan kebahasaan di produk yang didagangkan dengan menggunakan teknik pemasaran melalui pantun. Kami menyediakan fitur referensi pantun bahasa Indonesia dan bahasa Minang di situs Waduks. Pantun dapat mereka tempelkan di produk, etalase toko, atau bahkan plang penjualan di toko mereka. Duta Bahasa bukan hanya sekadar penggerak Niaga Bahasa, tetapi dapat memberikan wadah kepada pelaku UMKM untuk dapat mengampanyekan bahasa dalam bentuk promosi kebahasaan di produk yang didagangkan.

Mengemban tugas menjadi agen peningkatan literasi digital terasa cukup berat jika diemban sendirian. Kami menggandeng dan berkolaborasi dengan salah satu instansi pemerintah, yaitu Dinas Koperasi dan UMKM Kota Padang. Instansi terkait mempunyai 41.783 UMKM binaan di Kota Padang. Hal ini memberikan peluang besar bagi kami.

Berbagai kegiatan yang kami lakukan tidak hanya untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu saja, tetapi juga keinginan agar UMKM di Sumatra Barat dapat berkembang. Itu yang memunculkan semangat yang membersamai tujuan dan cita-cita kami karena semangat adalah angin yang mendorong layar kapal menuju tujuan yang diidamkan. Hal tersebut selaras dengan program pemerintah dalam upaya mengimplementasikan Sumpah Pemuda butir ke-3, “Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.” Pemerintah dan Kominfo pun juga berkomitmen memberi dukungan bagi para pelaku UMKM dalam meningkatkan literasi digital guna mendukung bisnisnya (antaranews.com, 2023).

Melalui krida Waduks, kami berharap dapat menjadi jembatan bagi pelaku UMKM untuk lebih mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta memberikan promosi kebahasaan sebagai teknik pemasaran di produk yang didagangkan. Hal itu sejalan dengan pepatah yang berbunyi, “Seperti jembatan yang menghubungkan dua tepian sungai.” Kami juga berharap Waduks dapat menjadi titik terang cakrawala peran generasi muda dalam upaya peningkatan literasi digital. Pada akhirnya kami berharap tidak ada lagi lubang pemisah antara UMKM dan bahasa, tidak akan ada lagi ungkapan bahwa UMKM adalah debu-debu usaha biasa. Kami percaya bahwa semangat, kerja keras, dan kolaborasi tim akan menjadi kunci keberhasilan. Kami siap mengatasi setiap rintangan dan tantangan dengan tekad serta keyakinan.

Besar harapan kami untuk dapat terus meningkatkan literasi digital dengan merangkul orang sebanyak-banyaknya serta berperan dalam bidang kebahasaan melalui literasi digital. Ketakutan adalah awal dari petualangan. Dalam dunia UMKM, literasi digital menjadi peta yang akan membawa mereka melewati rintangan dan membimbing mereka menuju kesuksesan. Setiap langkah yang diambil untuk mengatasi rasa takut merupakan langkah untuk menemukan potensi tak terbatas yang ada di era digital ini. Jadilah seperti pahlawan yang memulai perjalanan tak terlupakan, perjalanan yang mengubah ketakutan menjadi kekuatan yang menggemparkan dunia.